ad1

 Konsep Kepemimpinan: Teori & Syarat

Konsep Kepemimpinan: Teori & Syarat

Konsep Kepemimpinan

Pemimpin merupakan seorang yang memimpin bawahannya di dalam ruang lingkup organisasi, lembaga atau komunitas. Sedangkan kepemimpinan adalah cara atau konsepsi atau strategi yang dilakukan seorang pemimpin dalam mengendalikan sebuah organisasi, lembaga atau komunitas.

Akan tetapi sangat sedikit dan minim sekali pengetahuan yang ada di lapangan, yang menegaskan bahwa pemimpin hanya menjalankan rutinitas kegiatan atau agenda yang di lakukan melalui sebuah rapat kerja sehingga hanya monoton saja.

Maka dalam tulisan ini saya akan memberikan sedikit dari pada konsep-konsep kepemimpinan agar menjadi pemimpin dan juga mempunyai kredibilitas yang di milikinya. Sehingga pemimpin bisa menjadikan organisasi, lembaga atau komunitas menjadi baik secara efisien dan efektif.

Pemimpin dapat mempengaruhi orang lain. Secara sehat dikatakan bahwa pemimpin dapat mempengaruhi jajaran di bawahannya. Sehingga ia mempunyai karismatik tersendiri dan mempunyai sifat yang berbeda dengan yang lain. Maka ia akan mempengaruhi orang lain, termasuk jajaran bawahannya.

Menjadi pemimpin juga bukan berarti ia menunjukkan eksistensi dirinya sehingga ia mampu memimpin. Akan tetapi dikarenakan ia mempunyai kapabilitas lebih maka ia dijadikan pemimpin yang mampu dan bisa menggerakkan suatu organisasi, lembaga atau komunitas yang dimilikinya.

Kuisioner Pemimpin

Dalam buku manajemen organisasi karya H. Muhammad Rifa’i, M.Pd. Muhammad Fadhli, M.Pd telah dikupas detail bagaimana dan apa saja yang di lakukan ketika berorganisasi. Sebelum pembahasan lebih mendalam, kami sampaikan bahwa seorang pemimpin hendaknya mempunyai :

1. Kapasitas; intelegensia, kehati-hatian, kemampuan berbicara, keaslian, pertimbangan,

2. Prestasi; pendidikan, pengetahuan, prestasi olah raga,

3. Tanggung jawab; ketergantungan, inisiatif, ketekunan, agresifitas, percaya diri, hasrat untuk kesempurnaan,

4. Partisipasi; aktivitas, kesosialan, kooperatif, menyesuaikan diri, homoris, dan

5. Strata; sosial ekonomi, ketenaran/ popularitas.

Dengan memahami kuesioner di atas, maka untuk mengemban sebuah amanah bagi pemimpin dalam organisasi, lembaga atau komunitas dapat dikatakan sebuah organisasi, lembaga dan komunitas tadi menjadi produktif dan progresif.

Teori Kepemimpinan untuk Menjadi Produktif dan Progresif

Seorang pemimpin akan memimpin organisasi, lembaga dan komunitasnya jika pemimpin tadi mengetahui polanya. Untuk mengetahuinya, setidaknya pemimpin belajar mengenai teori kepemimpinan. Di antara teori kepemimpinan itu adalah :

1. Kepemimpinan situasional.

Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studistudi tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan

tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin.

2. Pemimpin yang efektif

Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi (consideration).

Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi ini dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi.

Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan

kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan seperti misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi.

3. Pemimpin yang kontingensi

Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional.

Disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa

kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya.

Ada tiga faktor yang dijadikan tolak ukur dalam model kepemimpinan ini, yakni : hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power).

4. Kepemimpinan Transformasional

Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.

Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya.

Model kepemimpinan Transformasional Pada Hakekatnya Menekankan Seseorang

pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.

Dengan memahami model atau konsep kepemimpinan, maka seorang pemimpin mempunyai gambaran bagaimana dan apa saja yang harus di lakukan ketika memimpin sebuah organisasi, lembaga dan komunitasnya.



 Mengenal Asal-Usul Istilah Ngabuburit di Indonesia

Mengenal Asal-Usul Istilah Ngabuburit di Indonesia

Sejarah ngabuburit
Ngabuburit punya sejarah panjang di Indonesia. Foto: Antara

Kira-kira, sejak kapan kita mulai memakai istilah ngabuburit? Apakah ngabuburit merpakan istilah asli atau serapan? Lalu, bagaimana sejarahnya?

Ngabuburit merupakan salah satu tradisi yang sangat melekat pada bulan Ramadan di Indonesia. Ngabuburit bahkan sudah menjadi kekayaan tradisi Indonesia yang selalu ditunggu banyak umat Islam. Nah pada artikel kali ini, kita akan coba mengenal lebih dalam apa itu ngabuburit serta bagaimana sejarahnya di Indonesia.

Apa Itu Ngabuburit?

Secara umum, ngabuburit merupakan istilah dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan saat menunggu berbuka puasa. Ngabuburit banyak dilakukan untuk membunuh waktu berpuasa agar lebih tidak terasa.

Asal-Usul Ngabuburit

Nyatanya, ngabuburit merupakan kata serapan yang diambil dari bahasa Sunda. Jadi ngabuburit bukan istilah yang datang dari bahasa Indonesia itu sendiri.

Menurut Kamus Bahasa Sunda yang dipublikasikan oleh Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), ngabuburit secara harfiah diambil dari kalimat “ngalantung ngadagoan burit” yang berarti bersantai-santai sambil menunggu waktu sore tiba.

Kata dasarnya diambil dari bahasa sunda yaitu “burit” yang berarti sore hari. Hal ini tentu sangat sesuai mengingat ngabuburit merupakan kegiatan yang hanya dilakukan pada sore hari di bulan ramadan.

Istilah ngabuburit kemudian menjadi semakin populer dan digunakan oleh banyak daerah lain. Namun tetap ada beberapa daerah yang memiliki istilahnya sendiri dalam memaknai ngabuburti. Salah satunya adalah “malengah puaso” dari Minang yang berarti melakukan aktivitas untuk menghilangkan rasa haus dan lapar akibat berpuasa.

Ngabuburit Sebagai Salah Satu Tradisi

Di Indonesia, ngabuburit dilakukan dengan berbagai macam kegiatan khas yang cenderung hanya ada saat bulan Ramadan saja. Kegiatan-kegiatan itu seperti pengajian, mencari takjil di pasar kaget Ramadan, ataupun nongkrong di beberapa tempat iconik di kota masing-masing.

Namun, perkembangan tradisi juga ikut menggeser kegiatan-kegiatan ngabuburit yang dilakukan. Saat ini, ada berbagai macam kegiatan yang lebih modern yang bisa dilakukan saat ngabuburit seperti bermain game, nonton film, serta banyak hal lain yang tentunya lebih asik.

Sejarah Ngabuburit

Sebenarnya, tak ada catatan spesifik yang mengatakan kapan munculnya kegiatan ngabuburit di Indonesia. Hanya saja, ngabuburit diyakini sudah ada sejak puluhan tahun silam.

Sejumlah catatan kecil yang mendokumentasikan ngabuburit, di antaranya keterangan bahwa masyarakat Bandung, Jawa Barat, sudah terbiasa ngabuburit di kawasan Alun-alun Bandung sejak dekade 1950-an.

Hal itu tercatat pada kajian Tradisi Keagamaan Masyarakat Kota Bandung di Bulan Ramadan Tahun 1990-2000 karya M Fajar, Sulasman, Usman Supendi dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung yang terbit di jurnal Historia Madania Volume 2 Nomor 2 tahun 2018.


Sejarah Candi Borobudur hingga Bagaimana Proses Pembangunannya

Sejarah Candi Borobudur hingga Bagaimana Proses Pembangunannya

Sejarah Candi Borobudur
Candi Borobudur pada tahun 1918 setelah direstorasi oleh Theodor van Erp atas persetujuan pemerintah Hindia-Belanda. Foto: Leiden University Libraries

Candi Borobudur adalah sebuah keajaiban arsitektur dan warisan budaya yang menjadi salah satu daya tarik utama di Indonesia. Terletak di Jawa Tengah, sekitar 40 kilometer sebelah barat laut Yogyakarta, candi ini adalah salah satu candi Buddha terbesar di dunia dan telah diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1991. Candi Borobudur menjadi bukti nyata kemegahan dan keagungan peradaban masa lalu.

Sejarah Candi Borobudur dimulai pada abad ke-8 saat Dinasti Syailendra memerintah di wilayah Jawa Tengah. Candi ini dibangun antara tahun 750 dan 842 Masehi oleh Raja Samaratungga dari Dinasti Syailendra. Tujuan utama pembangunan candi ini adalah sebagai tempat peribadatan Buddha Mahayana dan juga sebagai pusat pendidikan.

Candi Borobudur memiliki struktur yang mengesankan dengan total 504 arca Buddha dan hampir 2.800 panel relief yang menghiasi dindingnya. Candi ini terdiri dari sembilan tingkat yang terdiri dari tiga platform berbentuk persegi dengan stupa besar di puncaknya. Setiap tingkatan mewakili tahapan perjalanan menuju pencerahan menurut ajaran Buddha. Dinding candi dipenuhi dengan panel relief yang menggambarkan cerita-cerita dari kitab-kitab suci agama Buddha, termasuk Jataka dan Ramayana.

Keunikan Candi Borobudur tidak hanya terletak pada struktur fisiknya yang luar biasa, tetapi juga pada simbolisme dan filosofi yang terkandung di dalamnya. Candi ini dirancang sebagai suatu mandala, sebuah representasi visual dari alam semesta dalam agama Buddha. Mandala ini menggambarkan perjalanan spiritual menuju pencerahan dengan mengikuti jalur melingkar dari tingkatan bawah ke puncak candi.

Namun, seiring berjalannya waktu, Candi Borobudur mengalami masa kelam. Pada abad ke-14, ketika Kerajaan Majapahit mulai kehilangan pengaruhnya, candi ini ditinggalkan dan tertutup oleh abu vulkanik dari letusan Gunung Merapi. Candi Borobudur terlupakan selama beberapa abad hingga ditemukan kembali pada awal abad ke-19 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, seorang Gubernur-Jenderal Inggris di Hindia Belanda.

Sejak saat itu, Candi Borobudur telah mengalami berbagai upaya restorasi dan pemugaran untuk memulihkan kejayaannya.

Sejarah Pembangunan Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah salah satu keajaiban dunia yang menjadi pusat perhatian dunia dalam hal seni, arsitektur, dan keagamaan. Candi ini terletak di Jawa Tengah, Indonesia, dan dianggap sebagai salah satu candi Buddha terbesar di dunia. Dibangun pada abad ke-8 oleh Dinasti Syailendra, Candi Borobudur telah menjadi bukti kejayaan peradaban masa lalu dan menjadi salah satu situs warisan dunia yang diakui oleh UNESCO.

Pembangunan Candi Borobudur dilakukan oleh Raja Samaratungga, seorang penguasa yang berkuasa di Jawa Tengah pada masa itu. Diperkirakan pembangunan candi ini dimulai pada sekitar tahun 750 Masehi dan selesai pada sekitar tahun 842 Masehi. Dalam proses pembangunannya, ribuan pekerja terlibat dan batu-batu besar dipahat dan diatur dengan cermat untuk membentuk struktur yang luar biasa ini.

Candi Borobudur awalnya dirancang sebagai tempat peribadatan Buddha Mahayana dan juga sebagai pusat pendidikan agama. Tujuannya adalah untuk memperingati ajaran Buddha dan mendorong praktik spiritual di antara para pengikutnya. Selain itu, candi ini juga berfungsi sebagai pusat pelajaran tentang filsafat dan ajaran Buddha.

Dalam proses pembangunannya, ribuan batu vulkanik dikerahkan dari daerah sekitar untuk membentuk struktur yang monumental. Dalam total, terdapat sekitar 55.000 meter kubik batu yang digunakan dalam konstruksi Candi Borobudur. Batu-batu ini kemudian dipahat dengan indah dan dihiasi dengan relief yang menggambarkan ajaran Buddha dan berbagai kisah dari kitab-kitab suci agama Buddha.

Namun, sejarah Candi Borobudur juga mencatat masa kelam di mana candi ini mengalami penurunan. Pada abad ke-14, ketika Kerajaan Majapahit mengalami kemunduran, candi ini ditinggalkan dan terlupakan selama beberapa abad. Selain itu, letusan Gunung Merapi pada abad ke-10 menyebabkan candi ini tertutup oleh abu vulkanik yang menguburnya di bawah lapisan tanah.

Candi Borobudur baru ditemukan kembali pada tahun 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, seorang Gubernur-Jenderal Inggris di Hindia Belanda. Setelah penemuan tersebut, langkah-langkah restorasi dan pemugaran dilakukan untuk mengembalikan keagungan Candi Borobudur. Proses restorasi yang panjang dimulai pada tahun 1907 dan berlanjut selama beberapa dekade.

Pada tahun 1985, Candi Borobudur diakui oleh UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia, menghargai keindahan seni, arsitektur, dan nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Saat ini, candi ini menjadi tujuan wisata yang populer 

Harga Tiket masuk Candi Borobudur

Untuk mengunjungi Candi Borobudur, pengunjung biasanya perlu membeli tiket masuk. Harga tiket masuk candi ini dapat berbeda untuk warga negara Indonesia dan wisatawan asing. Tarif tiket masuk sering kali berbeda pula antara wisatawan domestik dan mancanegara. Selain itu, ada juga harga tiket yang berbeda untuk mengakses area candi pada waktu-waktu tertentu, seperti sunrise atau sunset.

Untuk mendapatkan informasi terkini tentang harga tiket masuk Candi Borobudur, disarankan untuk mengunjungi situs resmi atau menghubungi pihak pengelola candi, seperti Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Pihak pengelola akan memberikan informasi yang paling akurat tentang harga tiket masuk terbaru, paket wisata, serta fasilitas yang tersedia di area candi.

Selain itu, pastikan juga untuk memperhatikan aturan dan kebijakan yang berlaku di Candi Borobudur. Misalnya, pengunjung mungkin diharuskan mematuhi dress code, tidak boleh merokok di area candi, serta menjaga kebersihan dan kelestarian situs sejarah ini.

Demi keamanan dan kenyamanan Anda saat mengunjungi Candi Borobudur, disarankan untuk merencanakan kunjungan dengan baik, termasuk memeriksa jadwal operasional dan membeli tiket dengan waktu yang tepat. Selain itu, bisa juga mempertimbangkan untuk menggunakan jasa pemandu wisata yang akan memberikan penjelasan mendalam tentang sejarah dan keindahan Candi Borobudur.

Sebagai situs warisan dunia yang berharga, Candi Borobudur menawarkan pengalaman spiritual, sejarah, dan keindahan seni yang tak terlupakan bagi setiap pengunjungnya.



Sejarah Menarik Angklung: Bagaimana Angklung Menjadi Alat Musik Tradisional Indonesia

Sejarah Menarik Angklung: Bagaimana Angklung Menjadi Alat Musik Tradisional Indonesia

 

Sejarah Menarik Angklung: Bagaimana Angklung Menjadi Alat Musik Tradisional Indonesia
Pengamen angklung jalanan terlihat sangat pandai memainkan alat musik tradisional ini. Foto: @dafiedev 

Angklung adalah alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu. Alat musik ini terkenal dengan suara yang unik dan dapat dimainkan oleh beberapa orang sekaligus.

Angklung berasal dari daerah Sunda, Jawa Barat. Orkestra angklung pertama dibentuk pada awal abad ke-20 oleh Jaap Kunst. Angklung telah digunakan dalam sejumlah film populer Indonesia, seperti The Forbidden Door karya Joko Anwar dan Leaf on a Pillow karya Riri Riza. Pada artikel ini, kita akan membahas sejarah angklung, bagaimana angklung menjadi alat musik tradisional Indonesia, dan evolusinya dari tahun ke tahun.

Sejarah Angklung

Alat musik ini digunakan oleh masyarakat Sunda sejak zaman Kerajaan Pajajaran pada abad ke-14. Pada awalnya, angklung hanya digunakan untuk kegiatan keagamaan dan upacara adat.

Namun, seiring perkembangan waktu, angklung mulai digunakan dalam berbagai kesempatan seperti pertunjukan seni dan hiburan. Bahkan pada tahun 1938, Angklung diakui sebagai alat musik nasional Indonesia oleh Presiden Soekarno.

Selain di Jawa Barat, Angklung juga banyak dimainkan di daerah-daerah lain di Indonesia seperti Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Selain itu, Angklung juga sering digunakan dalam acara-acara internasional untuk mempromosikan budaya Indonesia ke seluruh dunia.

Saat ini, Angklung telah menjadi salah satu aset budaya Indonesia yang terkenal di seluruh dunia. Bahkan, UNESCO pada tahun 2010 mengakui Angklung sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya Angklung bagi bangsa Indonesia dan dunia internasional.

Dalam perkembangan terbarunya, Angklung juga telah dikembangkan menjadi berbagai jenis, mulai dari Angklung gubrag, Angklung caruk, hingga Angklung gender. Hal ini menunjukkan betapa kaya dan beragamnya budaya Indonesia yang terus berkembang dari masa ke masa.

Dengan demikian, Angklung bukan hanya alat musik tradisional, namun juga menjadi bagian dari sejarah dan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan dan dijaga keberlangsungannya.

Evolusi Angklung

Seiring dengan perkembangan zaman, Angklung mengalami evolusi yang menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari alat musik ini.

Evolusi Angklung dimulai pada awal abad ke-20. Pada saat itu, Angklung mulai dikenal oleh masyarakat Indonesia di luar Jawa Barat. Beberapa daerah di Indonesia yang awalnya tidak mengenal Angklung, mulai tertarik untuk mempelajarinya dan mengembangkannya.

Pada tahun 1920-an, seorang guru musik bernama Daeng Soetigna mulai mengembangkan Angklung di Bandung, Jawa Barat. Ia membuat variasi baru dari Angklung dengan menambahkan beberapa bilah bambu yang lebih kecil pada setiap bilah utama. Hal ini menghasilkan suara yang lebih kompleks dan harmonis.

Kemudian pada tahun 1930-an, Daeng Soetigna memperkenalkan Angklung ke seluruh Indonesia melalui pertunjukan-pertunjukan musik. Ia juga memperkenalkan teknik baca not pada Angklung, sehingga Angklung dapat dimainkan dalam ensemble musik yang lebih kompleks.

Pada tahun 1960-an, Angklung mulai dikenal di luar negeri. Banyak musisi dan seniman dari berbagai negara datang ke Indonesia untuk mempelajari Angklung dan memainkannya dalam karya seni mereka. Selain itu, Angklung juga mulai diproduksi secara massal untuk dijual sebagai oleh-oleh kepada turis yang berkunjung ke Indonesia.

Dalam perkembangan terbarunya, Angklung juga telah mengalami variasi dan modifikasi sesuai dengan kebutuhan dan tren musik saat ini. Beberapa jenis Angklung yang populer saat ini adalah Angklung caruk, Angklung gender, dan Angklung gubrag.

Angklung caruk adalah variasi Angklung yang dimainkan dengan cara dipukul. Angklung gender adalah Angklung yang dimainkan oleh wanita dengan menggunakan jari-jari mereka. Sedangkan Angklung gubrag adalah variasi Angklung yang lebih besar dan berat, dimainkan oleh sekelompok orang.

Dalam kesimpulannya, evolusi Angklung telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari alat musik tradisional Indonesia yang kaya dan unik ini. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan budaya dan tradisi Indonesia agar dapat terus berkembang dan menjadi bagian dari dunia internasional.

Sumber Bunyi Angklung

Alat musik ini terdiri dari serangkaian tabung bambu yang berbeda ukuran, diatur sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan bunyi yang berbeda ketika ditiup atau digoyangkan. Angklung dianggap sebagai salah satu alat musik yang paling unik dan menarik di dunia karena kemampuannya untuk menghasilkan harmoni yang indah meskipun hanya dimainkan oleh satu orang saja.

Sumber bunyi angklung berasal dari tabung bambu yang digunakan sebagai bagian dari alat musik. Tabung bambu memiliki berbagai ukuran, mulai dari yang kecil hingga besar, dan setiap ukuran menghasilkan suara yang berbeda-beda. Ketika dimainkan, angklung menghasilkan bunyi yang bersifat ritmis dan melodis. Bunyi yang dihasilkan sangat khas dan mudah diingat, sehingga membuat angklung sangat terkenal di kalangan masyarakat Indonesia.

Selain dari tabung bambu, sumber bunyi angklung juga berasal dari gawai atau alat pemukul yang digunakan untuk memainkannya. Pada umumnya, alat pemukul ini terbuat dari kayu atau logam dan memiliki bentuk yang berbeda-beda sesuai dengan ukuran tabung bambu yang dimainkan. Ketika pemukul memukul tabung bambu, maka akan menghasilkan suara yang berbeda-beda, tergantung dari ukuran dan ketebalan tabung bambu yang dipukul.

Selain itu, sumber bunyi angklung juga berasal dari gerakan tangan pemainnya. Pemain angklung akan menggoyangkan alat musik ini dengan cara memutar tangan, sehingga tabung bambu akan bergetar dan menghasilkan bunyi yang unik. Gerakan tangan pemain ini sangat penting untuk menghasilkan bunyi yang tepat dan harmonis, sehingga memerlukan keahlian dan latihan yang intensif.

Terakhir, sumber bunyi angklung juga berasal dari keterampilan pemain dalam memainkan alat musik ini. Pemain angklung harus memiliki kepekaan terhadap nada dan ritme, serta mampu memadukan semua unsur yang ada sehingga menghasilkan bunyi yang harmonis dan indah. Oleh karena itu, memainkan angklung bukanlah perkara mudah dan memerlukan latihan yang intensif untuk menguasainya.

Dalam kesimpulan, sumber bunyi angklung berasal dari tabung bambu, alat pemukul, gerakan tangan pemain, dan keterampilan pemain dalam memainkannya. Semua unsur tersebut harus dipadukan dengan baik agar menghasilkan bunyi yang harmonis dan indah. Angklung merupakan alat musik yang sangat khas dan unik, serta menjadi simbol kebudayaan Indonesia yang sangat dihargai oleh masyarakat Indonesia dan dunia internasional.

Cara Memainkan Alat Musik Angklung

Angklung merupakan salah satu alat musik tradisional Indonesia yang terbuat dari bambu. Alat musik ini memiliki suara yang khas dan unik serta sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Meskipun terlihat sederhana, memainkan angklung memerlukan keterampilan dan teknik yang tepat agar dapat menghasilkan bunyi yang harmonis dan indah. Berikut ini adalah cara memainkan angklung yang benar.

1. Mengenali nada

Pertama-tama, penting bagi pemain angklung untuk mengenali nada yang dihasilkan oleh setiap tabung bambu. Hal ini dapat dilakukan dengan menggoyangkan setiap tabung bambu secara bergantian dan mendengarkan suara yang dihasilkan. Sebagai pemula, dapat dimulai dengan mengenal nada dasar seperti Do, Re, Mi, Fa, Sol, La, dan Si.

2. Menentukan nada

Setelah mengenali nada, pemain angklung harus dapat menentukan nada yang akan dimainkan sesuai dengan lagu atau musik yang dimainkan. Pemilihan nada harus dilakukan dengan cepat dan tepat agar tidak mengganggu ritme musik yang sedang dimainkan.

3. Gerakan tangan

Gerakan tangan pemain angklung sangat penting dalam menghasilkan bunyi yang tepat dan harmonis. Gerakan tangan yang tepat dapat membuat tabung bambu bergetar dengan sempurna sehingga menghasilkan suara yang tepat. Pemain angklung harus memutar tangan dengan lembut namun cepat, sehingga membuat tabung bambu bergetar dan menghasilkan suara yang diinginkan.

4. Posisi angklung

Posisi angklung juga sangat penting dalam memainkan alat musik ini. Pemain angklung harus memegang angklung dengan tangan kanan dan tangan kiri dengan posisi yang nyaman dan stabil. Tabung bambu yang akan dimainkan harus dipegang dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan digunakan untuk memukul atau menggoyangkan alat pemukul.

5. Timing

Timing juga sangat penting dalam memainkan angklung. Pemain harus memainkan tabung bambu pada waktu yang tepat dan pada nada yang benar. Ketepatan waktu sangat penting untuk menjaga ritme musik agar tetap harmonis dan indah.

6. Latihan

Seperti halnya memainkan alat musik lainnya, memainkan angklung juga memerlukan latihan yang intensif agar dapat menguasai teknik dan keterampilannya dengan baik. Pemain angklung harus berlatih secara rutin untuk mengasah kemampuan dan keterampilannya dalam memainkan alat musik ini.

Dalam kesimpulan, memainkan angklung memerlukan teknik dan keterampilan yang tepat agar dapat menghasilkan bunyi yang harmonis dan indah. Pemain angklung harus mengenali nada, menentukan nada, memperhatikan gerakan tangan, posisi angklung, timing, serta melakukan latihan secara rutin agar dapat menguasai alat musik ini dengan baik.

Upaya Restorasi Mangrove Sering Gagal? Ini Sebabnya

Upaya Restorasi Mangrove Sering Gagal? Ini Sebabnya

Hutan mangrove
Hutan mangrove merupakan organ vital bagi masyarakat pesisir. Foto: Anton Bielousov

Indonesia memiliki luas  mangrove sekitar 364.080 hektar. Terdapat tiga jenis mangrove, yaitu mangrove lebat, mangrove sedang, dan mangrove langka. Tujuan pemerintah adalah merestorasi kawasan hutan mangrove  yang jarang.

Hingga 60% kerusakan mangrove disebabkan oleh aktivitas manusia. Sisanya karena faktor alam atau efek tidak langsung dari aktivitas manusia, seperti erosi, kenaikan muka air laut, dan badai yang disebabkan oleh perubahan iklim.

Berbagai upaya untuk melaksanakan restorasi mangrove sering dilakukan. Namun, tidak jarang penanaman kembali gagal. Beberapa penyebab kegagalan restorasi mangrove adalah  kondisi penggunaan lahan dan masalah perubahan fungsi. Selain itu, pemahaman teknis yang masih kurang, terutama tentang persyaratan ekologis mangrove dan awal tumbuh dan berkembangnya mangrove. 

Peringatan Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia, yang diperingati setiap tanggal 22 Mei setiap tahun, digunakan sebagai refleksi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat akan keanekaragaman hayati Indonesia yang kaya. 

Jaring Nusa,  jaringan organisasi masyarakat sipil di Indonesia Timur, bekerjasama dengan Japesda Association dan Jurusan Biologi Universitas Negeri Gorontalo menyelenggarakan webinar bertajuk “Kerusakan dan Pemulihan” Mangrove, Bagaimana Masa Depan  Pesisir Kita? dan bird watching di kawasan  mangrove Desa Suku Bajo di Torosiaje, Kabupaten Pohuwato. 

Mangrove didefinisikan sebagai vegetasi khas pantai yang dipengaruhi oleh tingkat salinitas tertentu. Sedangkan  mangrove merupakan hutan yang sering tumbuh  pada  lumpur aluvial di sepanjang pantai dan di muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang surut air laut. 

Baca: Dampak Sampah Plastik Bagi Lingkungan, Laut, dan Kesehatan 

Menurut peta mangrove nasional yang dirilis Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2021, total luas mangrove di Indonesia sekitar 3.364,080 hektar. Dari luasan itu, terdapat tiga klasifikasi mangrove sesuai persentase tutupan tajuk, yaitu mangrove lebat, mangrove sedang, dan mangrove jarang. Adapun fokus pemerintah dalam melakukan rehabilitasi kawasan mangrove berada di mangrove dengan kondisi tutupan yang jarang. 

 “Penyebab deforestasi terutama dari kegiatan manusia yaitu mencakup 60 persen luas mangrove yang hilang. Sisanya, disebabkan faktor alami atau dampak tidak langsung dari kegiatan manusia, termasuk erosi, kenaikan permukaan laut, dan badai yang dipicu oleh perubahan iklim,” kata Muhammad Yusuf, Kepala Kelompok Kerja Partisipasi dan Kemitraan Badan Restorasi Gambut dan Mangrove [BRGM], salah seorang pembicara webinar. 

Menurut dia, ekosistem mangrove berperan vital dalam mitigasi perubahan iklim. “Negaranegara pemilik mangrove didorong melakukan upaya serius, mempertahankan mangrove tersisa dan memulai program restorasi dengan konsisten. 

Abu Bakar Sidik Katili, dosen dan peneliti Jurusan Biologi Universitas Negeri Gorontalo mengatakan, perkembangan mangrove tidak akan berjalan maksimal jika hidrologinya terganggu. Potensi mangrove juga sangat penting terkait perubahan iklim dan pemanasan global. 

“Jasa lingkungan mangrove memiliki potensi yang tinggi untuk menyerap karbon. Bahkan, mangrove dapat menyerap karbon dua kali lebih besar dari pohon yang ada di wilayah terestrial,” jelasnya. 

Berdasarkan penelitian yang  dilakukan rekan-rekannya di kawasan pesisir Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara, total nilai kandungan karbon di atas  dan di bawah permukaan  hutan mangrove di kawasan tersebut adalah 65.403,43 kg. 

Jika 1 ton karbon bernilai US$1 pada saat itu sebesar Rp 12.667 [Oktober 2014],  manfaat tambahan mangrove untuk penyimpanan karbon di wilayah tersebut adalah Rp 701.710,64 per hektar. 

Baca:  Perburuan Satwa Liar di Leuser Sangat Meresahkan

Restorasi Mangrove

Berbagai upaya restorasi mangrove sering dilakukan. Namun, tidak jarang gagal dalam menanam. 

Rio Ahmad, direktur Green Forest Organization, mengatakan bahwa dalam konteks restorasi mangrove mengikuti model reboisasi, tingkat keberhasilannya sangat rendah. Sebagai contoh kegagalan, penanaman mangrove di lokasi yang tidak sesuai membuat operasional merugi. 

“Sebagian besar upaya telah dilakukan melalui proyek penghijauan yang sangat, sangat  sederhana, yaitu memaksa bakau tumbuh di tanah yang datar dan berlumpur. Seringkali di bawah permukaan laut, katanya, di mana bakau tidak bisa tumbuh. 

Lebih lanjut, faktor  kegagalan rehabilitasi mangrove berkaitan dengan masalah dan kondisi tata guna lahan. Faktor ini membuat sulit untuk menanam pohon di tempat yang tepat. 

Secara keseluruhan, Rio menjelaskan apa yang penting untuk dipahami, yaitu sejarah kawasan yang akan direstorasi dan keadaan bentang alamnya, apakah itu kawasan mangrove atau bukan. 

"Jenis mangrove  yang digunakan untuk pengembangan di dalam dan  sekitar kawasan restorasi perlu diketahui." 

Ketinggian permukaan setiap jenis mangrove yang sedang berkembang juga harus diperhitungkan serta faktor-faktor yang mengganggu dan menghambat regenerasi alami. Ini semua adalah langkah awal dalam proses rehabilitasi. 

“Kesepakatan masyarakat tidak boleh diabaikan ketika menganalisis pemangku kepentingan, gender, hak guna lahan, serta menilai mangrove dan kebutuhan tenaga kerja,” kata Rio. 

Nur Ain Lapolo, Direktur Asosiasi Japesda, menjelaskan penurunan mangrove di Provinsi Gorontalo. Dia mencatat bahwa mangrove di Cagar Alam Gorontalo telah berkurang sekitar 6070%. 

"Kabupaten Pohuwato merupakan penyumbang utama transformasi mangrove  di Gorontalo. Data tahun 2021 menunjukkan hanya tersisa 7.000 hektar mangrove  di Provinsi Gorontalo," katanya.

Ia menjelaskan, timnya berhasil melaksanakan konservasi mangrove dengan berbasis masyarakat. pendekatan  di desa Torosiaje, sebuah desa suku Bajo di kabupaten Pohuwato.Pendekatan pengelolaan ini melahirkan banyak kegiatan yang berbeda dengan masyarakat. 

Misalnya, pengembangan ekowisata berbasis konservasi bekerjasama dengan kelompok sadar lingkungan dengan mengalokasikan kegiatan wisata seperti penanaman mangrove. 

“Masyarakat dapat memanfaatkan mangrove sebagai sumber pendapatan alternatif. Kami juga memberikan informasi bahwa ekosistem mangrove saling ketergantungan dengan ekosistem lain seperti terumbu karang dan  lamun,” jelasnya.


Batas Indonesia: Mengenal Batas Ujung ke Ujung Pulau Indonesia

Batas Indonesia: Mengenal Batas Ujung ke Ujung Pulau Indonesia

Batas Indonesia dari sebelah Utara, Barat, Selatan, dan Timur.
Batas Indonesia dari sebelah Utara, Barat, Selatan, dan Timur. Foto: Pontas.ID

Batas Indonesia menjadi salah satu materi yang kita pelajari dalam pelajaran di Sekolah Dasar. Batas Indonesia dari sebelah Utara, Timur, Barat, dan Selatan tentu sudah kita hapal hingga saat ini.

Pelajaran ini juga kita hapal melalui lagu “Dari Sabang Sampai Merauke” sejak sekolah dasar dulu. Namun dalam sejarahnya, lagu ini pertama kali diciptakan oleh R Soerarjo pada tahun 1942 dan berjudul asli “Barat sampai ke Timur”. Soerarjo menciptakan lagu ini sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Jepang pada waktu itu yang menutup semua sekolah.

Beberapa tahun kemudian, Bung Karno yang sedang mengadakan rapat umum di Ujung Pandang Sulewesi Selatan, meminta sang pencipta lagu untuk mengubah judulnya menjadi “Dari Sabang Sampai Merauke”.

Penggantian judul ini terjadi sekitar tahun 1963 saat Indonesia sedang berusaha untuk mempersatukan Papua Barat ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejak itu, lagu “Dari Sabang Sampai Merauke” menjadi lagu wajib yang dihapal anak-anak SD sebagai pengetahuan NKRI.

Dari sini pula, kita jadi mengetahui bahwa Merauke dan Sabang merupakan salah satu nama tempat paling ujung dari Indonesia dan juga menjadi batas kepulauan Indonesia sebelah Barat dan Timur.

Kemudian, di masa sekarang yang tentu saja lebih canggih. Kita baru bisa melihat dimana titik-titik paling ujung yang menjadi batas Indonesia. Nah berikut akan kita ulas titik-titik batas Indonesia dari sebelah Utara, Barat, Selatan, dan Timur.

Batas Indonesia Sebelah Utara

Mungkin ada beberapa orang yang mengira bahwa titik batas Indonesia sebelah utara ada di Sulawesi Utara yang berbatasan langsung dengan Negara Filipina. Namun, ternyata anggapan ini salah besar. Titik batas Indonesia sebelah Utara terletak di Pulau Rondo, Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang, Provinsi Aceh.

Pulau Rondo terletak di​ 1​6°4′30″ Lintang Utara dan 95°6′45″ Bujur Timur​​. Pulau ini tidak berpenghuni dan hanya dijaga oleh pos jaga TNI (TNI).

Jika ditarik garis lurus ke arah timur, maka letaknya hampir sejajar dengan perbatasan Malaysia-Thailand, juga sejajar dengan sebuah wilayah Sandakan di Sabah Malaysia, dan mungkin sejajar dengan titik paling ujung pulau Mindanao, Filipina.

Batas Indonesia Sebelah Barat

Kemudian, jika bisa menebak, kira-kira dimana titik batas Indonesia sebelah Barat?

Nah titik ini juga berada di Provinsi Aceh tepatnya berada di Pulau Benggala, Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Sama seperti Pulau Rondo, Pulau ini juga tidak berpenghuni dan berada pada kordinat 5’ 47’ 34” Lintang Utara dan 94’ 58’ 21” Bujur Timur.

Posisinya berada di sebelah barat Pulau Breueh dan Pulau Weh serta berbatasan langsung dengan perairan laut Samudera Hindia.

Pulau Benggala disebut juga sebagai Batutigabelas oleh masyarakat sekitar. Mungkin karena pulau ini terdiri atas beberapa gundukan batu yang membentuk gugusan pulau.

Pulau yang tidak berpenghuni ini memang merupakan pulau batu yang terdiri atas batuan-batuan vulkanik. Luasnya hanya sekitar 4 hektare dengan titik tertinggi di pulau ini yang hanya 14 meter di atas permukaan laut.

Batas Indonesia Sebelah Selatan

Menyoal batas Indonesia sebelah Selatan, pasti diantara kita juga mengira bahwa titik ini berada di sekitar Jawa ataupun Papua. Namun ternyata salah. Titik batas Indonesia sebelah selatan adalah Pulau Panama yang berada di Kepulauan Sunda Kecil, Nusa Tenggara Timur.

Pamana merupakan salah satu pulau kecil yang berada di sebelah Barat daya Pulau Rote. Dalam garis administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Rote Barat Daya, Kabupaten Ndao.

Batas Indonesia sebelah timur

Terakhir ada titik batas Indonesia sebelah Timur yaitu Muara Torasi di Kampung Kondo, Kecamatan Naukenjerai, Merauke. Daerah Muara ini berbatasan langsung dengan Papua Nugini dan dijaga ketat oleh TNI.

Muara Torasi sendiri merupakan muara dari Sungai Bensbach yang terkenal dengan wisata alamnya di Papua Nugini.


Mengenal Tradisi Suku Sasak: Rumah Adat, Bahasa, Hingga Sejarahnya

Mengenal Tradisi Suku Sasak: Rumah Adat, Bahasa, Hingga Sejarahnya

Peresean tradisi suku sasak di Lombok
Peresean yang dilakukan oleh laki-laki suku sasak. Foto: Medcomm.id

Suku sasak berasal dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Suku Sasak merupakan salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia dan memiliki sistem budaya yang dianut dari dalam kitab Nagara Kartha Gama karangan Empu Nala dari Majapahit.

Hebatnya, suku sasak adalah suku yang hingga hari ini tetap eksis dan bisa terus melestarikan tradisinya. Hal ini menjadi bukti bahwa suku sasak terus berpegang teguh kepada kitabnya hingga memiliki sistem budaya yang mapan.

Dikutip dari berbagai sumber, Goris S. menjelaskan bahwa secara etimologi, “Sasak” berasal dari kata sah yang berarti pergi dan shaka yang berarti leluhur. Dengan kata lain, sasak berarti pergi ke tanah leluhur.

Kali ini Exploring Indonesia akan ulas semua tentang suku sasak dari mulai rumah adat, pakaian, bahasa, alat musik, tarian, hingga sejarahnya.

Sejarah Suku Sasak

Sejarah Suku Sasak – saat mengulas sebuah suku, tak lengkap jika kita tidak melihat bagaimana sejarah dari suku tersebut. Berikut merupakan sejarah suku sasak yang perlu kamu ketahui.

Suku Sasak sudah mendiami Pulau Lombok selama berabad-abad. Konon, mereka telah menghuni pulau tersebut sejak 4.000 Sebelum Masehi. Karena itu, Pulau Lombok menjadi bagian penting dari sejarah suku sasak karena jadi kampung halaman mereka.

Secara administratif, Pulau Lombok memiliki lima kabupaten yaitu Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Timur, Lombok Tengah, dan terakhir Kota Mataram. Di Pulau Lombok ada sekitar 3 juta jiwa dan 80% diantaranya merupakan Suku Sasak.

Baca juga: Mengenal Suku Asmat: Suku Titisan Dewa di Papua

Konon, saat masa pemerintahan Raja Rakai Pikatan di Medang atau Mataram Kuno banyak sekali pendatang dari Pulau Jawa ke Pulau Lombok. Kemudian, banyak diantara pendatang tersebut menikahi warga setempat sehingga keturunan mereka selanjutnya disebut dengan Suku Sasak.

Pada catatan sejarah, Pulau Lombok dikuasai oleh Kerajaan Majapahit pada abad ke 14 hingga 15 masehi. Hal ini membuat Pulau Lombok banyak terpengaruh budaya kerajaan Majapahit. Tak lama kemudian, saat pengaruh Kerajaan Majapahit melemah, perkembangan Islam semakin masih mengingat Islam yang sudah tersebar di Pulau Jawa hingga Makasar.

Selama abad ke 16 hingga 17, Islam bahkan telah menguasai salah satu kerajaan yang ada di Pulau Lombok yaitu Kerajaan Selaparang. Hal ini membuat Islam terus menyebar di pulau Lombok meskipun masih tercampur dengan kebudayaan-kebudayaan lokal.

Tak berhenti disitu, Kerajaan Bali berhasil menduduki Pulau Lombok pada abad ke 17 dan terus memperkuat pengaruhnya hingga berhasil mengalahkan pengaruh islam Makassar.

Berbagai budaya yang telah hadir di Lombok inilah yang membentuk sistem Suku Sasak hingga menjadi suku yang begitu kuat dan tetap eksis hingga sekarang. Meski banyak dipengaruhi oleh berbagai budaya, bangsawan Suku Sasak tetap berpegang teguh pada kitab Nagarakartagama dan menjaga identitasnya sebagai keturunan Jawa-Lombok.

Rumah Adat

Suku Sasak juga memiliki rumah adat yang unik. Dilansir dari Kemdikbud, Suku Sasak mendifinisikan fungsi rumah sebagai tempat yang punya peran penting untuk berlindung secara jasmani maupun spiritual.

Rumah adat suku sasak
Rumah bale: rumah adat suku sasak. Foto: daerahkita.com

Rumah adat suku Sasak terbagi menjadi tiga yaitu bangunan tempat tinggal, penyelenggaraan ritual adat, dan penyelenggaraan ritual keagamaan. rumah adat suku Sasak juga dibangun dengan memperhitungkan nilai estetika sesuai dengan tradisi dan budaya yang mereka percaya.

Hal ini membuat rumah adat suku sasak sangat unik. Rumah adat suku Sasak terbuat dari bahan-bahan yang ada disekitar mereka. Materialnya murni dari alam.

Bagian atap rumah adat suku Sasak dibuat dari jerami. Adapun bagian dindingnya dianyam dengan bambu. Untuk bagian lantai, rumah adat suku Sasak terbuat dari campuran tanah liat dan kotoran kerbau. Campuran tersebut sebagai pengganti semen yang membuat lantai keras dan kokoh.

Selain itu, bentuk rumah adat suku Sasak juga unik. Rumah adat suku Sasak hanya memiliki satu pintu dan berukuran sempit. Bahkan, rumah adat ini tidak memiliki jendela. Hal ini karena Suku Sasak percaya bahwa rumah merupakan tempat yang sakral.

Bahasa Suku Sasak

Seperti suku pada umumnya, Suku Sasak juga memiliki bahasa yang terus dipakai dan dilestarikan. Bahasa Suku Sasak memiliki kedekatan dengan dua bahasa, yaitu Jawa dan Bali. Sistem aksara dalam bahasa Suku Sasak sangat mirip dengan aksara Jawa yaitu Ha-Na-Ca-Ra-Ka. Namun dalam pelafalannya, Bahasa Suku Sasak justru lebih mirip dengan bahasa Bali.

Bahasa Suku Sasak ini bisa digolongkan kedalam beberapa bahasa menurut wilayah penuturnya seperti Mriak-mriku (Lombok Selatan), Meno-Mene (Lombok Tengah), Ngeto-Ngete (Lombok Tenggara), dan Kuto-Kute (Lombok Utara).

Pakaian Adat Suku Sasak

Suku Sasak memiliki pakaian adat yang selalu digunakan saat upacara adat. Pakaian tersebut adalah Pegon. Pegon yang berbentuk seperti jas merupakan wujud busana akulturasi, karena memiliki pengaruh dari tradisi Jawa dan juga Eropa. Percampuran ini dianggap sebagai lambang keagungan dan kesopanan. Biasanya pegon berwarna hitam polos. Bahan polos ini dimodifikasi di bagian belakangnya sebagai tempat menyelipkan keris.

pakaian adat suku sasak
Pakaian adat suku sasak juga pernah di gunakan oleh presiden Joko Widodo. Foto: PT. Lombok Travel Service

Sebagai penghiasnya, kain songket berbenang emas digunakan di bagian pinggangnya. Penggunaannya bukan untuk tujuan ikat pinggang melainkan untuk penghias. Ikat pinggang ini dikenal juga dengan nama leang. Nama lainnya tampet atau dodot. Sedangkan untuk kepalanya, seperti halnya pria-pria Bali, pakaian adat Suku Sasak juga memiliki ikat kepala. Kalau Bali bernama udeng, suku sasak bernama sapuq atau sapuk. 

Sapuk merupakan mahkota yang melambangkan kejantanan. Ikat kepala ini juga berfungsi untuk menjaga pikiran pemakainya dari berbagai hal kotor. Ikat kepala di pakaian adat tersebut juga melambangkan penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Seni Musik

Suku Sasak juga memiliki seni musik yang dimainkan saat ada upacara-upacara adat. Alat music tersebut adalah Cepung. Cepung merupakan seni musik vocal yang dimainkan dengan alat musik seruling dan redep.

Baca juga: Suku Bajo: Asal-usul hingga Tradisinya

Para pemain cepung, akan menirukan bunyi gendang, rincik, dan kenceng untuk melengkapi alat music yang terbatas. Kemudian, para pemain cepung juga akan membacakan syair secara bergantian.

Seni & Tradisi Suku Sasak

Dari sejarahnya yang panjang, Suku Sasak bisa saja diidentifikasikan sebagai budaya yang banyak mendapat pengaruh dari Jawa dan Bali. Pun sejarah mencatatnya demikian, kenyataannya kebudayaan Suku Sasak memiliki corak dan ciri budaya yang khas, asli dan sangat mapan hingga berbeda dengan budaya suku-suku lainnya di Nusantara.

Kini, Suku Sasak bahkan dikenal bukan hanya sebagai kelompok masyarakat tapi juga merupakan entitas budaya yang melambangkan kekayaan tradisi Bangsa Indonesia di mata dunia.

Berikut beberapa seni dan tradisi Suku Sasak yang lestari hingga sekarang:

Bau Nyale

Nyale adalah sejenis binatang laut, termasuk jenis cacing (anelida) yang berkembang biak dengan bertelur. Dalam alam kepercaan Suku Sasak, Nyalebukan sekedar binatang, beberapa legenda dari Suku ini yang menceritakan tentang putri yang menjelma menjadi Nyale. Ini menjadi salah satu tradisi suku Sasak yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Lainnya menyatakan bahwa Nyale adalah binatang anugerah, bahkan keberadaannya dihubungkan dengan kesuburan dan keselamatan.

Ritual Bau Nyale atau menangkap nyale digelar setahun sekali. Biasanya pada tanggal 19 atau 20 pada bulan ke-10 atau ke-11 menurut perhitungan tahun suku Sasak, kurang lebih berkisar antara bulan Februari atau Maret.

Rebo Bontong

Rebo Bontong juga menjadi salah satu tradisi yang masih ada hingga sekarang. Suku Sasak percaya bahwa hari Rebo Bontong merupakan hari puncak terjadi bencana dan atau penyakit (Bala) sehingga bagi mereka sesuatu yang tabu jika memulai pekerjaan tepat pada hari Rebo Bontong. Kata Rebo dan juga Bontong kurang lebih artinya “putus” atau “pemutus”.

Upacara Rebo Bontong dimaksudkan untuk dapat menghindari bencana atau penyakit. Upacara ini digelar setahun sekali yaitu pada hari Rabu di minggu terakhir bulan Safar dalam kalender Hijriah.

Bebubus Batu

Dari kata “bubus”, yaitu sejenis ramuan obat berbahan dasar beras yang dicampur berbagai jenis tanaman, dan dari kata batu yang merujuk kepada batu tempat melaksanakan upacara.

Bebubus Batu adalah upacara yang digelar untuk meminta berkah kepada sang Kuasa. Upacara ini dilaksanakan tiap tahun, dipimpin oleh Penghulu (pemangku adat) dan Kiai (ahli agama). Masyarakat ramai-ramai mengenakan pakaian adat serta membawa dulang, sesajen dari hasil bumi.

Sabuk Beleq

Sabuk Beleq adalah tradisi suku sasak yang sangat kental dengan pengaruh Islam. Merujuk kepada sebuah pustaka sabuk yang besar (Beleq) bahkan panjangnya mencapai 25 meter, masyarakat Lombok khususnya mereka yang berada di wilayah Lenek Daya akan menggelar upacara pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun Hijriah.

Tradisi pengeluaran Sabuk Bleeq ini mereka awali dengan mengusung Sabuk Beleqmengelilingi kampung diiringi dengan tetabuhan gendang beleq. Ritual upacara kemudian dilanjutkan dengan menggelar praja mulud hingga diakhiri dengan memberi makan berbagai jenis makhluk.

Upacara ini dilakukan untuk mempererat ikatan persaudaraan, persatuan dan gotong royong antar masyarakat, serta cinta kasih di antara makhluk Tuhan.

Lomba Memaos

Selain itu, Tradisi suku Sasak yang lainnya adalah Lomba Memaos. Memaos kurang lebih artinya membaca dan orang yang membaca di sebut pepaos. Lomba memaos adalah lomba untuk membaca lontar yang menceritakan hikayat dari leluhur mereka.

Tujuan lomba pembacaan cerita ini adalah agar generasi selanjutnya dapat mengetahui kebudayaan dan sejarah masa lalu. Selain itu, Lomba ini juga dapat berfungsi sebagai regenerasi nilai-nilai sosia, budaya, dan tradisi pada generasi penerus. Satu kelompok pepaos biasanya terdiri dari 3-4 orang; pembaca, pejangga, dan pendukung vokal.

Tandang Mendet

Kemudian, tradisi suku Sasak yang berikutnya adalah Tandang Mendet. Tandang Mendet merupakan tarian perang Suku Sasak. Konon Tarian ini telah ada sejak zaman Kerajaan Selaparang. Tarian yang menggambarkan keperkasaan dan perjuangan ini dimainkan oleh belasan orang dengan berpakaian dan membawa alat-alat keprajuritan lenggap; kelewang (pedang), tameng, tombak. Tarian diiringi dengan hentakan gendang beleq serta pembacaan syair-syair perjuangan.

Peresean

Kadang ada yang menulisnya Periseian dan atau Presean adalah seni bela diri yang dulu digunakan oleh lingkungan kerajaan. Peresean awalnya adalah latihan pedang dan perisai bagi seorang prajurit. Pada perkembangannya, latihan ini menjadi pertunjukan rakyat untuk menguji ketangkasan dan “keberanian”.

Senjata yang digunakan adalah sebilah rotan yang dilapisi pecahan kaca. Dan untuk menangkis serangan, pepadu (pemain) biasanya membawa sebuah perisai (ende) yan terbuat dari kayu berlapis kulit lembu atau kerbau. Setiap pepadu memakai ikat kepala dan mengenakan kain panjang.

Festival peresean diadakan setiap tahun terutama di Kabupaten Lombok Timur yang akan diikuti oleh pepadu dari seluruh Pulau Lombok.

Begasingan

Permainan rakyat yang mempunyai unsur seni dan olahraga, bahkan termasuk permainan tradisional yang tergolong tua di masyarakat Sasak. Permainan tradisional ini juga dikenal di beberapa wilayah lain di Indonesia.

Hanya saja, Gasing orang sasak ini berbeda baik bentuk maupun aturan permainannya. Gasing besar, mereka namai pemantok, digunakan untuk menghantam gasing pengorong atau pelepas yang ukurannya lebih kecil.

Begasingan berasal dari kata gang yang artinya “lokasi”, dan dari kata sing artinya “suara”. Permainan tradisional ini tak mengenal umur dan tempat, bisa siapa saja, bisa di mana saja.

Slober

Alat musik tradisional Lombok yang cukup tua, unik, dan bersahaja. Slober dibuat dari pelepah enau dan ketika dimainkan alat musik ini biasanya didukung dengan alat musik lainnya seperti gendang, gambus, seruling, dll. Kesenian yang masih dapat anda saksikan hingga saat ini, sangat asyik jika dimainkan ketika malam bulan purnama.

Gendang Beleq

Satu dari kesenian Lombok yang mendunia. Gendang Beleqmerupakan pertunjukan dengan alat perkusi gendang berukuran besar (Beleq) sebagai ensembel utamanya. Komposisi musiknya dapat dimainkan dengan posisi duduk, berdiri, dan berjalan untuk mengarak iring-iringan.

Ada dua jenis gendang beleq yang berfungsi sebagai pembawa dinamika yaitu gendang laki-laki atau gendang mama dan gendang nina atau gendang perempuan).

Sebagai pembawa melodi adalah gendang kodeq atau gendang kecil. Sedangkan sebagai alat ritmis adalah dua buah reog, 6-8 buah perembak kodeq, sebuah petuk, sebuah gong besar, sebuah gong penyentak , sebuah gong oncer, dan dua buah lelontek.

Menurut cerita, gendang beleq dahulu dimainkan bila ada pesta-pesta yang diselenggarakan oleh pihak kerajaan. Bila terjadi perang gendang ini berfungsi sebagai penyemangat prajurit yang ikut berperang.

Demikian ulasan dari Exploring Indonesia mengenai tradisi suku Sasak. Semoga bisa membantu kita untuk lebih mengenal ragam suku yang ada di Indonesia.


ad2